Rabu, 06 Juli 2011

Pemilihan Kode Dalam Masyarakat Dwibahasa: Kajian Sosiolinguistik Pada Masyarakat Jawa Di Kota Bontang Kalimantan Timur

Abstract
Kajian tentang bahasa yang dihubungkan dengan faktor sosial merupakan suatu kajian yang sangat menarik. Dengan adanya perpindahan penduduk dari satu propinsi ke propinsi lainnya, maka terdapat sebuah interaksi pada masyarakat pendatang dan masyarakat lokal yang menimbulkan kontak bahasa. Kontak bahasa pada masyarakat pendatang yang memunculkan bermacam-macam kode bahasa dan gejala alih kode dan campur kode tersebut yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan wujud variasi dan faktor penentu pemilihan kode, alih kode, dan campur kode pada tuturan masyarakat tutur Jawa di kota Bontang propinsi Kalimantan Timur, serta faktor-faktor sosial yang menjadi penentu alih kode dan campur kode. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori masyarakat tutur yang dikemukakan oleh Fishman (1972), kedwibahasaan yang diajukan oleh W.F. Mackey (1972), komponen tutur yang dicetuskan oleh Dell Hymes (1974), kode yang dikemukakan oleh Wardhaugh (1986), dan alih kode dan campur kode yang dirumuskan oleh Hudson (1996). Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan Sosiolinguistik dan merupakan sebuah penelitian lapangan. Ancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ancangan kualitatif. Metode observasi dan wawancara merupakan metode yang digunakan dalam penyediaan data. Data dalam penelitian ini berupa tuturan masyarakat pendatang di kota Bontang yang di dalamnya mengandung unsur campur kode dan alih kode. Dengan menggunakan metode korelasi/padan dalam menganalisis data, diperoleh hasil penelitian berupa macam-macam kode bahasa dan faktor-faktor yang menentukan, bentuk alih kode dan campur kode, serta faktor-faktor sosial penentu alih kode dan campur kode. Kode yang ditemukan pada masyarakat tutur Jawa di kota Bontang adalah kode berupa Bahasa Indonesia (BI), Bahasa Jawa (BJ), Bahasa daerah lain (BL), dan Bahasa asing (BA), dengan faktor-faktor penentu berupa (1) ranah, (2) peserta tutur, dan (3) norma. Pada alih kode dengan kode dasar BI, muncul variasi alih kode BJ dan BA. Pada alih kode dengan kode dasar BJ, muncul variasi alih kode BI. Campur kode pada masyarakat tutur Jawa memunculkan campur kode dengan kode BI, BJ, BA dan BL. Didasarkan pada jenis situational code-switching, perubahan bahasa terjadi karena (1) perubahan situasi tutur, (2) kehadiran orang ketiga, dan (3) peralihan pokok pembicaraan, sedangkan pada metaphorical codeswitching perubahan bahasa terjadi karena penutur ingin menekankan apa yang diinginkannya. Campur kode terjadi karena (1) keterbatasan penggunaan kode, dan (2) penggunaan istilah yang lebih populer. Berkenaan dengan hasil penelitian, penulis menyarankan agar penelitian mengenai pemilihan kode pada masyarakat tutur Jawa di kota Bontang perlu ditindaklanjuti dengan ruang lingkup yang lebih sempit agar analisis yang dilakukan dapat mencapai hal yang lebih mendasar pada masalah pemilihan bahasa.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Comment Anda

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Isi Buku Tamu Ya....!


ShoutMix chat widget
 
Powered by Blogger