Tampilkan postingan dengan label Ilmu Kesehatan Masyarakat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ilmu Kesehatan Masyarakat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 02 Juni 2011

Analisis biaya pelayanan rawat inap di ruang vip cendrawasih RSUD DR. SOESELO kabupaten tegal tahun 2006

Abstract
RSUD Dr. Soeselo adalah rumah sakit type B non pendidikan milik pemerintah kabupaten Tegal, salah satu pelayanan rawat inap yang dimiliki adalah Ruang VIP Cendrawasih dengan kapasitas 17 tempat tidur. Penentuan tarif yang berlaku saat ini berdasarkan perkiraan, harga pasar dan tarif rumah sakit pesaing. Permasalahan yang ada yaitu belum pernah dilakukan perhitungan tarif berdasarkan kebutuhan biaya per kegiatan berdasarkan suatu metode penghitungan biaya satuan atau unit cost yang sesuai. Tujuan penelitian ini adalah melakukan suatu analisis biaya untuk menghitung biaya satuan untuk dapat menentukan tarif aktual pelayanan rawat inap di Ruang VIP Cendrawasih. Penelitian ini adalah suatu studi kasus yang bersifat deskriptif, kuantitatif didukung data kualitatif dengan wawancara mendalam, dan perhitungan unit cost menggunakan metode Real Cost. Hasil penelitian sebagai berikut bahwa dengan menggunakan metode Real Cost biaya pelayanan rawat inap sebesar Rp 795.790.311,-. unit cost aktual sebesar Rp 128.936,-, Penerapan tarif saat ini sebesar Rp 117.250,- baru mencapai CRR 90,93%, Unit Cost asli dengan gaji dan investasi, tanpa investasi belum memenuhi Cost Recovery Rate (CRR) yang diharapkan, sedangkan tarif asli tanpa mempertimbangkan gaji, gaji dan investasi dapat memenuhi CRR yang diharapkan. Berdasarkan analisis sensitivitas, usulan kenaikan tarif dengan mempertimbangkan maupun tidak mempertimbangkan gaji dan investasi dapat mencapai angka CRR yang diharapkan. Tarif asli saat ini belum bisa memberikan titik impas hari rawat inap yang diharapkan, dan untuk usulan kenaikan dapat memberikan titik impas hari rawat inap yang diharapkan. Hasil wawancara mendalam, bahwa diperlukan penyesuaian tarif sesuai kebutuhan pelayanan dengan mekanisme pengusulan yang sesuai dengan tetap mempertimbangkan kemampuan dan kemauan masyarakat. Saran yang diajukan adalah perlu dilakukan analisis penghitungan biaya satuan pelayanan rawat inap dengan metode yang sesuai secara rutin, perlu adanya transparansi dalam manajemen pengelolaan keuangan, perlu adanya kenaikan tarif untuk segera diterapkan untuk dapat mewujudkan tujuan pembentukan Ruang VIP Cendrawasih.
Rumusan Masalah :
Bagaimana Rancangan simulasi tarif Ruang VIP Cenderawasih RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal ? 
Berapa besar CRR (Cost Recovery Rate) tarif rawat inap Ruang VIP cenderawasih RSUD dr. Soeselo  Kabupaten Tegal  ? 
Kapan BEP pelayanan di Ruang VIP Cenderawasih RSUD dr. Soeselo  Kabupaten Tegal  ? 
Faktor – faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat penetapan tarif berdasarkan analisis biaya ?

Senin, 30 Mei 2011

Pengembangan Sistem Informasi Laboratorium Kesehatan Untuk Mendukung Evaluasi Pelayanan Laboratorium

Dewasa ini laboratorium merupakan salah satu lingkungan yang
paling dinamis dalam pelayanan kesehatan. Masyarakat medis
memberikan tekanan pada laboratorium untuk memperluas jangkauan
pelayanan karena persaingan terutama sektor swasta yang semakin tajam
pada era globalisasi saat ini. Dalam menghadapi persaingan tersebut,
laboratorium secara terus menerus harus mengevaluasi dan memadukan
teknologi yang berubah sangat cepat ke dalam kegiatan pelayanannya.


Dari beberapa kendala pada sistem informasi  di atas, dapat
disimpulkan beberapa permasalahan mengenai kualitas informasi yang
dihasilkan yaitu: Aksesibilatas, Keakuratan,  Kelengkapan, dan Kejelasan.
Hal ini akan berakibat pada informasi yang dibutuhkan oleh manajemen
dalam melakukan kegiatan evaluasi pelayanannya.
Oleh karena itu untuk mendukung kegiatan pelayanan dan evaluasi
pelayanan Labkeskab Purbalingga dibutuhkan sistem informasi
laboratorium berbasis komputer yang  dapat mendukung pengambilan
keputusan manajemen. Kegiatan evaluasi pelayanan laboratorium harus
terus dilakukan sebagai upaya perbaikan mutu yang berkelanjutan
sehingga akan memuaskan pelanggan.

Rumusan Masalah :


Labkeskab Purbalingga sebagai salah satu UPTD DKK mempunyai
fungsi memberikan pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat dan
pelayanan klinis. Dalam memberikan pelayanan dan evaluasi  pelayanan
laboratorium yang dilakukan oleh manajemen puncak, dibutuhkan data 21
dan informasi yang dapat menggambarkan kinerja pelayanan laboratorium
serta mutu pelayanan. Untuk mendapatkan informasi-informasi tersebut
ditemukan beberapa kendala yang disebabkan karena sistem informasi
yang dilakukan secara manual, yaitu: 1) Pencatatan indentitas
pasien/sampel yang berulang-ulang;  2) Proses pencatatan/pengumpulan,
pengolahan data dan pembuatan laporan masih dilakukan secara manual
memungkinkan terjadinya kesalahan perhitungan; 3) Output yaitu laporan
mengenai informasi biaya tidak tersedia dengan cepat, laporan hasil
pemeriksaan klinis masih ditulis dengan tulis tangan pada format yang
telah disediakan,  rekapitulasi hasil dan riwayat pemeriksaan laboratorium
belum tersedia, laporan keuangan dan laporan statistik laboratorium belum
lengkap, laporan tentang daftar pelanggan eksternal belum tersedia.

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas Program TB Paru Terhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA

Abstract
Cakupan Penemuan kasus baru BTA (+) oleh Petugas Program TB Paru Puskesmas di Kota Tasikmalaya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir belum menunjukkan keberhasilan yang memuaskan (tahun 2004 62%, tahun 2005 30% dan tahun 2006 62,5%). Tanpa penemuan kasus dan pengobatan maka Program pemberantasan TB paru Tidak akan berhasil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan terhadap kinerja petugas pelaksana program TB paru terhadap cakupan penemuan kasus BTA (+) di kota Tasikmalaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional, jumlah sampel berjumlah 26 responden yaitu seluruh tenaga pengelola program TB paru dan petugas laboratorium di 13 puskesmas. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik Rank-Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik (80,8%), pelatihan baik (57,7%), persepsi terhadap pekerjaan baik (73,1%), persepsi terhadap kepemimpinan baik (73,1%), persepsi terhadap imbalan baik (80,8%), persepsi terhadap sarana baik (76,9%), motivasi baik (80,8%), sikap baik (69,2%), kinerja baik (65,4%). Faktor yang berhubungan dengan kinerja Petugas Program TB Paru Terhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA (+) adalah pengetahuan (p-value = 0,000), pelatihan (p-value = 0,024), persepsi terhadap pekerjaan (p-value = 0,002), persepsi terhadap kepemimpinan (p-value = 0,002), persepsi terhadap sarana (p-value = 0,004), sikap (p-value = 0,006). Untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus baru BTA (+) di sarankan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dalam penemuan kasus baru BTA (+) di Kota Tasikmalaya yang masih rendah maka perlu ditingkatkan lagi pembinaan petugas program TB paru.dan penggerakan kader kesehatan, lebih ditingkatkan lagi kerjasama dengan pihak lain (praktek-praktek swasta dan Rumah Sakit yang terkait dalam hal penemuan kasus baru BTA (+) terutama dalam pencatatan dan pelaporan. Bagi Kepala Puskesmas perlu adanya pembagian tugas yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya, perlu adanya tenaga khusus pengelola program TB paru, peningkatan promosi program TB paru di masyarakat sehingga peran serta masyarakat menjadi lebih aktif, Meningkatkan kerjasama dengan kader kesehatan di masyarakat dalam upaya penemuan kasus baru BTA (+).


Rumusan Masalah :



Program TB Paru dengan strategi DOTS sudah mulai dilaksanakan sejak awal pemisahan dengan Kabupaten Tasikmalaya yaitu dari tahun 2001, Dari 5 komponen strategi DOTS, salah satunya adalah diagnosis dan 
pemeriksaan mikroskopis dahak penderita. Hal ini masih menjadi kendala, data menunjukkan selama tiga tahun yaitu 2004 mencapai  62%,  2005 mencapai 30% dan 2006 mencapai 62,5% cakupan penemuan kasus BTA (+)  
dari tahun ke tahun di kota Tasikmalaya masih belum mencapai target 70 % .  Penemuan kasus TB paru BTA (+) masih rendah yaitu dari target 616 kasus hanya tercapai 385 kasus pada tahun 2006, salah satunya disebabkan 
oleh kinerja petugas pengelola program TB paru di puskesmas. Tanpa penemuan kasus dan pengobatan maka program pemberantasan TB paru tidak akan berhasil, sehingga proses penemuan BTA (+) oleh petugas sangat 
menentukan. Maka atas dasar uraian diatas perlu diteliti beberapa faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas program TB paru dalam penemuan  kasus baru BTA (+) di kota Tasikmalaya. 

Analisis Persepsi Pasien Tentang Poliklinik Umum Terhadap Keputusan Pemanfaatan Ulangnya Di Rs Pantiwilasa "Citarum" Semarang

Abstract
Jumlah pasien pada tahun 2005 di Poliklinik di Rumah Sakit Pantiwilasa Citarum (RSPWC) mengalami penurunan sebanyak 25% meskipun tarif pelayanan serta lokasi rumah sakit terjangkau dan fasilitas umum telah dilengkapi serta para pemberi pelayanan telah berusaha memberikan pelayanan dengan performance yang baik dan profesional. Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi pasien tentang akses lokasi rumah sakit, tarif di poliklinik umum, informasi (promosi) tentang poliklinik umum, fasilitas di poliklinik umum, pelayanan di poliklinik umum, petugas di poliklinik umum dan pengaruhnya terhadap keputusan pemanfaatan ulang di Poliklinik RSPWC. Penelitian obsevasional terhadap pasien Poliklinik RSPWC diperoleh perhitungan sampel sebanyak 100 orang pada derajat ketepatan 0,1. Data dari variabel yang diteliti dikumpulkan dengan pendekatan belah lintang dengan menggunakan kuesener. Data dianalisis secara bertingkat yaitu analisis univariat untuk mendiskripsikan setiap variabel, kemudian analisis bivariat dengan uji Chi Square untuk menguji hubungan variabel bebas dengan variabel terikat selanjutnya analisis multivariat dengan uji analisis regresi logistik berganda untuk menguji variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap variabel terikat. Persepsi tentang akses lokasi, pelayanan dan petugas cukup baik. Persepsi tentang tarif dan fasilitas baik. Persepsi tentang informasi (promosi) tidak baik. Persepsi tentang tarif (p=0,023) dan akses lokasi (p=0,033) mempunyai hubungan yang bermakna dan berpengaruh terhadap keputusan pemanfaatan ulang poliklinik umum RSPWC. Persepsi tentang akses lokasi paling berpengaruh terhadap keputusan pemanfaatan ulang. Untuk meningkatkan pemanfaatan ulang, sebaiknya RSPWC memperjelas petunjuk dan alur pemeriksaan pasien dan mengadakan kerjasama dengan media cetak maupun media elektronika yang melibatkan masyarakat dalam rangka upaya promosi.


Rumusan Masalah :


1. Walaupun pelayanan rawat jalan di RSPWC telah dibuka cukup lama namun ternyata terjadi tendensi penurunan pasien baru dibandingkan pasien lama.  
2. Walaupun  lokasi yang dekat menjadi salah satu alasan pemilihan RSPWC namun temyata jumlah kunjungan pasien rawat jalan mengalami penurunan  ± 25% pasien tidak memanfaatkan kembali pelayanan yang diterimanya. 12
3. Walaupun biaya yang ditetapkan di pelayanan poliklinik umum dirasakan cukup terjangkau oleh pasien namun temyata jumlah kunjungan pasien poliklinik umum mengalami penurunan di tahun 2005 dan ± 25% pasien 
tidak memanfaatkan kembali pelayanan yang diterimanya. 
4.  Walaupun fasilitas umum telah dilengkapi namun temyata masih didapatkan keluhan mengenai fasilitas umum yang disediakan di RSPWC. 
5. Walaupun para pemberi pelayanan kesehatan di RSPWC telah berusaha memberikan mutu pelayanan dan performance yang baik dan profesional tapi temyata jumlah kunjungan pasien poliklinik umum mengalami 
penurunan di tahun 2005 dan masih ada keluhan mengenai waktu tunggu dokter poliklinik umum yang lama.  

pengaruh vaksinasi bcg terhadap rasio il-4/ifn-γ dan perbaikan gejala klinik rinitis alergi

Abstract
Latar belakang : vaksinasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG) pada manusia dapat menginduksi respon imun Th 1. Hubungan antara sistem imun sel Th 1 dan Th 2 bersifat timbal balik, yang berarti kenaikan respon imun sel Th 1 akan menghambat Th 2 dan sebaliknya. Rinitis alergi adalah suatu penyakit yang ditandai dengan dominasi respon Th 2, sehingga dengan pemberian vaksin BCG diharapkan terjadi penurunan dominasi respon Th 2. Tujuan : untuk menilai pengaruh vaksinasi BCG pada rinitis alergi terhadap rasio IL-4/ IFN-γ , suatu prototipe sitokin sel Th 2 dan Th 1 dan manfaat kliniknya. Metoda penelitian : suatu penelitian intervensi, randomized control group pretest-posttest design. Penderita rinitis alergi derajat sedang/berat pada kelompok BCG diberi suntikan BCG intrakutan 0,1 ml (2 x 105 CFU) dan kelompok kontrol diberi suntikan pelarut BCG pada hari pertama penelitian. Sebelum dan sesudah 8 minggu perlakuan dilakukan pemeriksaan kadar IL-4 dan IFN-γ. Skor gejala klinik dicatat oleh penderita setiap hari mulai sebelum perlakuan sampai selesai waktu pengobatan. Hari penderita minum obat selama waktu penelitian juga dicatat. Hasil : 40 penderita rinitis alergi derajat sedang/berat (BCG = 21 ; kontrol = 19) termasuk dalam penelitian. Pada kelompok BCG kadar IL-4, IFN-γ, rasio IL- 4/IFN-γ sebelum dan sesudah vaksinasi tidak terdapat perbedaan bermakna (IL-4 :19,7 dan 44,6 pg/ml ; IFN-γ : 1446,8 dan 1900,7 pg/ml ; rasio IL-4/IFN-γ : 0,016 dan 0,0,123). Pada kelompok kontrol kadar IL-4, IFN-γ, rasio IL-4/IFN-γ sebelum dan sesudah perlakuan juga tidak terdapat perbedaan bermakna (IL-4 :19,7 dan 44,6 pg/ml ; IFN-γ : 1446,8 dan 1900,7 pg/ml ; rasio IL-4/IFN-γ : 0,016 dan 0,123). Kadar IL-4, IFN-γ, rasio IL-4/ IFN-γ antar kelompok juga tidak terdapat perbedaan bermakn (p > 0,05). Skor gejala klinik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok BCG dan kontrol terdapat perbedaan bermakna (p < 0,01), meskipun perubahan gejala klinik antar kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna. Jumlah hari bebas gejala dan hari nyaman lebih tinggi pada kelompok BCG, meskipun perbedaan tidak bermakna. Jumlah hari minum obat pada minggu 1 dan 2 lebih rendah pada kelompok BCG dengan perbedaan bermakna (p < 0,05), meskipun secara keseluruhan tidak ada perbedaan bermakna. Kesimpulan : vaksinasi BCG tidak dapat menurunkan rasio IL-4/IFN-γ dan tidak memperbaiki gejala rinitis alergi. Background : Bacillus Calmette-Guerin (BCG) vaccination in human induces Th 1 immune responses.


Rumusan Masalah :


1.2.1. Apakah vaksinasi BCG dapat menurunkan kadar IL-4 dan 
meningkatkan kadar IFN-γ, sehingga menurunkan rasio IL-4 / IFN-γ   penderita rinitis alergi ? 
1.2.2. Apakah vaksinasi BCG dapat memperbaiki  gejala klinik penderita rinitis alergi ?   

Jumat, 20 Mei 2011

Hubungan Antara Kadar Seng (Zn) Dengan Memori Jangka Pendek Pada Anak Sekolah Dasar (The Association Between Zinc (Zn) Level And Short Term Memory In Elementary School Children)

Abstract
Background. Zinc plays an important role in biochemical processes of human body, morphogenesis of central nervous system, and regulation of neurotransmitter release. Zinc defficiency is still a common problem in children, this is due to the consumption of phytat containing food, food rich in fibers, and calcium containing food. Good short term memory ability is essential for school age children in order to improve their academic achievement. The association between zinc and memory in school age children is still controversial. Therefore, whether zinc level has association to short term memory in children needs to be confirmed. Objective. To determine the association of zinc (Zn) level and short term memory in elementary school children. Methods. This was an analytic, explorative, observational study. The subjects were 1st grade elementary school children. Short term memory function was evaluated by wing digit span forward, digit span backward, and picture search tests. Hair samples were retrieved to asses zinc level, blood samples were drawn to asses plasma iron, feritin, hemoglobin and calcium levels. The association between zinc level and short term memory was analyzed with Pearson’s coefficient correlation and linier regression models. Hypothesis was tested by Pearson’s coefficient correlation and subsequently continued by linier regression test. Results. One hundred and ten 1st grade elementary school children were evaluated, which consisted of 70 boys (63.1 %) and 41 girls (36.9 %). There were highly significant association between hair zinc levels with digit span forward (p=0.002), digitspan backward (0.001), picture search scores(0.003) . Thrirty eight to fifty four percent of the three short term memory tests result were influenced by plasma zinc, Hb, feritin, and calcium levels. Pendahuluan. Seng berperan dalam proses biokimiawi dalam tubuh manusia, morfogenesis sistim saraf pusat dan berperan dalam regulasi pelepasan neurotransmitter. Defisiensi seng masih merupakan masalah yang dijumpai pada anak, hal ini disebabkan karena konsumsi makanan yang mengandung fitat, makanan berserat, dan mengandung kalsium. Kemampuan memori jangka pendek yang baik pada anak usia sekolah sangat penting. dalam usaha meningkatkan prestasi belajar anak. Hubungan seng dengan memori pada anak usia sekolah masih bersifat kontroversi. Oleh karena itu perlu di pastikan apakah kadar seng mempunyai hubungan dengan memori jangka pendek pada anak Tujuan. Mengetahui hubungan kadar seng (Zn) dengan memori jangka pendek pada anak sekolah dasar. Metode: Rancangan penelitian adalah observasional eksploratif analitik. Subyek adalah anak sekolah dasar kelas 1. Fungsi memori jangka pendek dengan menggunakan tes digit span forward, digit span backward, dan picture search. Diambil sampel rambut untuk diperiksa kadar seng, sampel darah untuk diperiksa kadar besi plasma, feritin, hemoglobin, dan kalsium plasma. Hubungan antara kadar seng dengan memori jangka pendek dianalisis dengan memakai pearson koefisien korelasi dan regresi linear. Pengujian hipotesis dengan analisis person koefisien korelasi diteruskan dengan regresi linear. Hasil: Diteliti 110 anak kelas satu sekolah dasar terdiri 70 anak laki-laki (63.1%) dan 41 anak perempuan (36.9%). Terdapat hubungan sangat bermakna derajat kuat antara seng rambut dengan skor digit-span forward (p=0.002), backward (p=0.001), dan skor picture search (p=0.003). Terdapat 38 – 54% dari hasil ketiga tes memori jangka pendek tersebut dipengaruhi oleh kadar seng, Hb, ferritin, dan kalsium plasma.


Rumusan Masalah :
Apakah terdapat hubungan antara kadar seng (Zn) dengan memori
jangka pendek pada anak sekolah dasar ?

Sabtu, 14 Mei 2011

Sistem Informasi Obat Untuk Mendukung Monitoring Distribusi Obat Pada Pasien Rawat Inap Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Bina Kasih Ambarawa

Abstract
Untuk melaksanakan tugas sesuai SK Menkes RI No. 983/Menkes/X1/92 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum, maka rumah sakit menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya adalah fungsi penyelenggarakan pelayanan medik dan non medik, pelayanan penunjang medik meliputi pelayanan diagnostik dan terapeutik. Farmasi merupakan salah satu dari layanan penunjang medik terapeutik yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh. Monitoring merupakan pengumpulan dan review data yang membantu menilai apakah norma-norma program diikuti mutu atau apakah outcome ditingkatkan. Berdasarkan studi pendahuluan menunjukkan kegiatan monitoring distribusi obat belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini disebabkan karena belum menghasilkan informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan lengkap. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sistem informasi obat untuk mendukung monitoring distribusi obat pada pasien rawat inap. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif kuantitatif. Pengembangan sistem berdasarkan langkah-langkah FAST (Framework for the application of systems techniques ). Desain penelitian ini adalah one group pre test post test. Subjek penelitian adalah direktur, kepala instalasi farmasi, kepala bidang penunjang, dan petugas instalasi farmasi. Variabel penelitian ini adalah relevansi, ketepatan waktu, akurat dan kelengkapan. Analisis data dilakukan dengan metode content analisis (analisis terhadap hasil uji sistem), analisis deskritif (analisis terhadap hasil wawancara) dan analisis analitik (menguji informasi sebelum dan sesudah dilakukan pengembangan sistem informasi). Berdasarkan hasil penelitian sistem informasi saat ini belum menghasilkan informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan lengkap, sistem informasi yang dikembangkan dapat menghasilkan informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan lengkap. Sehingga dapat mendukung monitoring distribusi obat pada pasien rawat inap. Hasil analisis menunjukkan nilai rata-rata tertimbang kriteria relevan (sistem lama 1,45 dan sistem baru 3,35), kriteria akurat (sistem lama 1,53, sistem baru 3,53), kriteria ketepatan waktu (sistem lama 1,53, sistem baru 3,3), kriteria kelengkapan (sistem lama 1,70, sistem baru 3,3), hasil rata-rata tertimbang keseluruhan sistem lama 1,55 dan sistem baru 3,37. hasil uji statistik sistem baru terhadap sistem lama 0,01 (p<0,05) artinya ada perbedaan kualitas informasi sebelum pengembangan sistem dan setelah pengembangan sistem. Kesimpulan sistem informasi baru lebih baik dari sistem informasi lama. Saran untuk pengembangan perlu adanya penyeragaman bahasa pemrogaman, field-fieldnya dan standarisasi pengkodean, menejemen rumah sakit perlu penambahan tenaga untuk peningkatan teknologi informasi dan sistem informasi rumah sakit yang terpadu perlu dikembangkan menjadi multi user. To implement a task in accordance with Decree of Indonesia Health Minister No. 983/Menkes/XI/1992 about a guidance of a hospital organization, a hospital has many functions. One of its functions is the providing of medical and non-medical services, and medical support services namely diagnostic and therapeutic services. Pharmacy is one of the medical support services that cannot be separated from the other hospital services. Monitoring is defined as collecting and reviewing data that help to value whether norms of program are followed by quality or whether outcome is improved. Based on previous study, monitoring of medicine distribution had not been implemented optimally. This condition was caused by information which was resulted was not relevant, accurate, timely, and complete. Aim of this research was to result information system of medicine to support monitoring of medicine distribution on patients at the Inpatient Unit. Type of this research was qualitative-quantitative study. Development of system was based on the steps of FAST (Framework for the Application of System Techniques). Design of research was one group pretest posttest. Subject was the director, head of pharmacy installation, head of support department, and staff of pharmacy installation. Variables of research were relevance, timeliness, accurateness, and completeness. Data were analyzed by using content analysis method for data of system examination, descriptive analysis for data of interview, and analytic analysis for resulted information of before and after development of system. The new system can result relevant, accurate, timely, and complete information and can support monitoring of medicine distribution on patients at the Inpatient Unit. The considered average of relevance for the old system is 1,45 and the considered average of relevance for the new system is 3,35. The considered average of accurateness for the old system is 1,53 and the considered average of accurateness for the new system is 3,53. The considered average of timeliness for the old system is 1,53 and the considered average of timeliness for the new system is 3,3. The considered average of completeness for the old system is 1,70 and the considered average of completeness for the new system is 3,3. The considered average of the old system is 1,55 and for the new system is 3,37. Result of statistical analysis shows that there is any difference of information quality between the old and the new system with p value = 0,001 (p<0,05). Finally, the new system is better than the old system.

Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) untuk Hollow yang Bermutu dan Aman Bagi Lingkungan

Abstract
ABSTRAK Abu batubara (fly ash) adalah sisa pembakaran batubara yang sangat halus yang berasal dari unit pembangkit uap (boiler). Saat ini di Jawa Tengah diperkirakan ada 68 industri yang sudah menggunakan batubara sebagai pengganti BBM dengan jumlah kebutuhan batubara mencapai 125 ribu ton / bulan dan akan dihasilkan abu batubara sebanyak 10 ribu ton per bulan. Kedepan pemakaian batubara sebagai sumber energi akan terus meningkat sehingga dapat menimbulkan permasalahan terhadap lingkungan Abu batubara mengandung SiO2, Al2O3, P2O5, dan Fe2O3 yang cukup tinggi sehingga abu batubara memenuhi kriteria sebagai bahan yang memiliki sifat semen/pozzolan. Salah satu upaya pemanfaatan abu batubara ini adalah untuk bahan campuran pembuatan hollow block (batako). Dari hasil percoban dengan berbagai perbandingan antara semen, pasir dan abu batubara yang ditambahkan diperoleh hasil bahwa penggantian semen oleh abu batubara pada produk batako tidak berpengaruh terhadap dimensi ukuran baik panjang, lebar dan ketebalan produk batako (penyimpangan dimensi ukuran masih dibawah ambang batas). Dilihat dari kuat tekan penambahan abu batubara sebagai pengganti semen sebanyak 5 % dan 10 % mampu meningkatkan kuat tekan produk batako 5,6 % dan 2,56 % dibanding tanpa penambahan abu batubara dan penambahan sampai dengan 10 % dapatmeningkatkan mutu produk batako dari mutu II menjadi produk batako mutu I serta penambahan abu batubara sebagai pengganti semen sampai dengan 25 % masih memberikan produk batako mutu II. Ditinjau dari aspek uji TCLP, kualitas produk batako pada beerbagai perlakuan (K-1 s/d K-5) masih memenuhi baku mutu TCLP zat pemcemar dalam limbah untuk menentukan sifat racun menurut Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999. Kata kunci : Abu batubara (fly ash), limbah B-3, pemanfaatan, bahan bangunan, hollow block bermutu, aman bagi lingkungan Abstrac Fly ash is coal combustion residue. It is generated from boiler and it has very small grain size. So far, there are 68 industries in Central Java using coal as oil subtitution. The industries needed coal 125,000 tons a mounth and this will give out 10,000 tons of fly ash. Need of coal as energy source in industries will increase in the future and it may caused severe effect to environment. Fly ash contains hight consentration of SiO2 , Al2O3 , P2O5 and Fe2O3. This characteristic is almous similar to that of cement, and that it is possible to add fly ash in production of hollow block instead of cement. Experiment of various ratio of cement, sand and fly ash to make hollow block showed that subtitution of cement with fly ash did not change demension of hollow block i.e length, width and thickness. Addition of fly ash 5 to 10 percent increased hollow block strength to 2,56 and 5,6 percent. Addition fly ash as much as 10 percent could increased quality of produck hollow block, from quality II to quality I, and even addition of fly ash to 25 percent produced hollow blockof quality II. The hollow block produced during the experiment K-1 to K-5), according to TCLP (Toxcicity Characteristic Leached Procedure) test, based on Government Regulation Number 85 Year 1999, met quality standard of TCLP for pollutant in waste to determine its poison nature. Key word : Fly ash, hazardous waste, usefull, hollow block, good quality, environment friendly  
Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan 
masalah sebagai berikut : 
1. Apakah pemanfaatan abu batubara sebagai bahan campuran ”hollow block” (bata beton berlubang) dapat meminimisasi atau mengurangi jumlah limbah dan dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan efisiensi penggunaan sumber daya alam ? 
2. Apakah kualitas ”hollow block” (bata beton berlubang) yang dibuat dengan menggunakan campuran abu batubara tersebut bermutu sesuai dengan standar yang berlaku dan aman bagi lingkungan ?

Jumat, 13 Mei 2011

Analisis Model Pengadaan Bahan Makanan Kering Berdasarkan Metode Eoq Pada Instalasi Gizi Rumah Sakit Roemani Semarang

Abstract

To improve a management, Roemani hospital has already done several improvements for all kinds of services including the Nutrient Installation. Although there has been planned the supplying of the dry foodstuff, percentage of over stock is equal to 56,27 % each month. It means that usage of fund is not efficient and supplying of the dry foodstuff is not accurate between both planned foodstuff and needed foodstuff. Therefore, it needs to control the budget. Aim of this research was to know an efficiency of the dry foodstuff supplying based on the EOQ (Economic Order Quantity) method compared with the present dry foodstuff supplying at the Nutrient Installation of Roemani hospital in Semarang. Research design was pre-experimental using descriptive-evaluative, observational, and in-depth interview method. Experiment was done to six kinds of the dry foodstuff for group “A” using ABC analysis. Intervention was supplying based on the EOQ method. Working capital of supplying with the EOQ method was compared with supplying without the EOQ method. Result of this research shows that TOR value does not get efficiency. Working capital gets efficiency for Indomilk (42 %) and Van Houten Chocolate (42 %). The other foodstuffs do not get efficiency. Dalam upaya melakukan perbaikan manajemen, Rumah Sakit Roemani Semarang terus melakukan pembenahan-pembenahan pada semua bidang pelayanan, termasuk juga pada Instalasi Gizi. Walaupun telah dilakukan perencanaan pengadaan bahan makanan kering namun pada kenyataannya masih dijumpai over stock persediaan bahan makanan kering sebesar 56,27 % tiap bulan yang berarti ada penggunaan dana yang tidak efisien, juga adanya ketidak tepatan pengadaan bahan makanan kering antara jumlah bahan yang direncanakan dan yang dibutuhkan, sehingga sangat diperlukan adanya pengendalian penggunaan anggaran agar lebih efisien. Tujuan penelitian untuk mengetahui efisiensi pengadaan bahan makanan kering berdasarkan EOQ (Economic Order Quantity) dibandingkan dengan pengadaan bahan makanan kering yang sekarang dilakukan pada Instalasi Gizi Rumah Sakit Roemani Semarang. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pre eksperimental dengan menggunakan metode diskriptif evaluatif dengan pendekatan observasional dan wawancara mendalam dengan pihak terkait dalam proses pengadaan bahan makanan kering. Uji coba dilakukan pada 6 jenis bahan makanan kering kelompok A pada analisis ABC dan intervensi yang dilakukan adalah pengadaan dilakukan berdasarkan metode EOQ. Penelitian dilakukan dengan membandingkan modal kerja yang diperlukan antara pengadaan yang menggunakan metode EOQ dengan pengadaan tanpa menggunakan metode EOQ. Hasil penelitian yang dilakukan, dari nilai TOR tidak didapatkan efisiensi sedangkan dari modal kerja didapatkan efisiensi pada susu Indomilk sebesar 42 % dan coklat Van Houten sebesar 42 %, sedangkan pada empat jenis bahan lainnya tidak didapatkan efisiensi
Rumusan Masalah :
“ Apakah model pengadaan bahan makanan kering berdasarkan Economic Order Cuantity (EOQ) memperbaiki efisiensi dibandingkan dengan cara pengadaan bahan makanan kering yang sekarang dilakukan”.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Isi Buku Tamu Ya....!


ShoutMix chat widget
 
Powered by Blogger