Senin, 30 Mei 2011

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas Program TB Paru Terhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA

Abstract
Cakupan Penemuan kasus baru BTA (+) oleh Petugas Program TB Paru Puskesmas di Kota Tasikmalaya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir belum menunjukkan keberhasilan yang memuaskan (tahun 2004 62%, tahun 2005 30% dan tahun 2006 62,5%). Tanpa penemuan kasus dan pengobatan maka Program pemberantasan TB paru Tidak akan berhasil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan terhadap kinerja petugas pelaksana program TB paru terhadap cakupan penemuan kasus BTA (+) di kota Tasikmalaya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional, jumlah sampel berjumlah 26 responden yaitu seluruh tenaga pengelola program TB paru dan petugas laboratorium di 13 puskesmas. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik Rank-Spearman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan baik (80,8%), pelatihan baik (57,7%), persepsi terhadap pekerjaan baik (73,1%), persepsi terhadap kepemimpinan baik (73,1%), persepsi terhadap imbalan baik (80,8%), persepsi terhadap sarana baik (76,9%), motivasi baik (80,8%), sikap baik (69,2%), kinerja baik (65,4%). Faktor yang berhubungan dengan kinerja Petugas Program TB Paru Terhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA (+) adalah pengetahuan (p-value = 0,000), pelatihan (p-value = 0,024), persepsi terhadap pekerjaan (p-value = 0,002), persepsi terhadap kepemimpinan (p-value = 0,002), persepsi terhadap sarana (p-value = 0,004), sikap (p-value = 0,006). Untuk meningkatkan cakupan penemuan kasus baru BTA (+) di sarankan Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya dalam penemuan kasus baru BTA (+) di Kota Tasikmalaya yang masih rendah maka perlu ditingkatkan lagi pembinaan petugas program TB paru.dan penggerakan kader kesehatan, lebih ditingkatkan lagi kerjasama dengan pihak lain (praktek-praktek swasta dan Rumah Sakit yang terkait dalam hal penemuan kasus baru BTA (+) terutama dalam pencatatan dan pelaporan. Bagi Kepala Puskesmas perlu adanya pembagian tugas yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya, perlu adanya tenaga khusus pengelola program TB paru, peningkatan promosi program TB paru di masyarakat sehingga peran serta masyarakat menjadi lebih aktif, Meningkatkan kerjasama dengan kader kesehatan di masyarakat dalam upaya penemuan kasus baru BTA (+).


Rumusan Masalah :



Program TB Paru dengan strategi DOTS sudah mulai dilaksanakan sejak awal pemisahan dengan Kabupaten Tasikmalaya yaitu dari tahun 2001, Dari 5 komponen strategi DOTS, salah satunya adalah diagnosis dan 
pemeriksaan mikroskopis dahak penderita. Hal ini masih menjadi kendala, data menunjukkan selama tiga tahun yaitu 2004 mencapai  62%,  2005 mencapai 30% dan 2006 mencapai 62,5% cakupan penemuan kasus BTA (+)  
dari tahun ke tahun di kota Tasikmalaya masih belum mencapai target 70 % .  Penemuan kasus TB paru BTA (+) masih rendah yaitu dari target 616 kasus hanya tercapai 385 kasus pada tahun 2006, salah satunya disebabkan 
oleh kinerja petugas pengelola program TB paru di puskesmas. Tanpa penemuan kasus dan pengobatan maka program pemberantasan TB paru tidak akan berhasil, sehingga proses penemuan BTA (+) oleh petugas sangat 
menentukan. Maka atas dasar uraian diatas perlu diteliti beberapa faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas program TB paru dalam penemuan  kasus baru BTA (+) di kota Tasikmalaya. 

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Comment Anda

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Isi Buku Tamu Ya....!


ShoutMix chat widget
 
Powered by Blogger